Lagi-lagi Lana berdiri di balkon itu, memandangi rumpunan ilalang yang terhampar sampai ke batas pantai di depan rumahnya. Tak peduli embusan angin membuat rambutnya terlihat tak beraturan dan dingin menyapu kulitnya.
Tak terasa sang surya sudah mulai membenamkan dirinya. Dalam lamunannya, Lana dikagetkan dengan kedatangan ibunya. Sekarang Lana berdiri ditemani oleh ibunya. Ibunya ingin mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh buah hatinya.
“Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiranmu nak? Ceritakan ke Ibu! Supaya ibu bisa memberimu solusi terbaik untukmu”.
Awalnya Lana masih malu untuk menceritakannya kepada ibunya. Bagaimana pun Lana adalah anaknya, sehingga Lana harus tetap menceritakan apa yang sedang dia pikirkan.
Satu bulan yang lalu, ketika Lana sedang mencari ikan di pantai. Lana dibuat terpesona dengan indahnya ciptaan tuhan. Dari balik batu tempatnya melihat keindahan tersebut, Lana sedang membayangkan indahnya kehidupan Lana apabila dapat bersanding dengan ciptaan tuhan itu. Cinta pada pandangan pertama telah merasuki hati dan pikiran Lana.
Keinginan Lana semakin menggebu. Lana memberanikan diri untuk berbicara dengannya. Perlahan Lana keluar dari tempat persembunyiannya. Setelah keluar, Lana semakin takjub dengan keindahan yang lebih indah dibandingkan ketika Lana mengintipnya. Dengan gemetar Lana menjabat tangannya, untuk mengajaknya saling mengenal satu sama lain.
Hati Lana berbunga, dia bisa berbahasa Indonesia dan dia mau berjabat tangan dengan Lana. Dia berasal dari negeri matahari terbit, sehingga memiliki kulit putih nan bersih. Paras cantiknya semakin membuat Lana terpesona.
Lana mengajaknya untuk mencari ikan di tepi pantai. Sesekali, mata Lana beradu dengan matanya. Lana pun tersipu malu ketika hal itu terjadi. Lana dan dia menghabiskan waktu bersama di saat itu. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Langit biru sudah mulai digantikan langit jingga. Lana dan dia telah mendapatkan banyak hasil tangkapan.
Lana membakar hasil tangkapannya bersama dia di pinggir pantai. Bau sedap mulai menjalar ke hidung Lana dan hidungnya. Lana bercerita tentang keseharian Lana kepadanya ditemani sunset yang indah dan memanjakan mata. Sebaliknya, dia juga menceritakan kesehariannya kepada Lana. Ketika ceritanya sedang seru, Tiba-tiba Lana merasakan sesak di dadanya. Lana tak bisa berkata. Pertama kali Lana merasakan cinta, juga pertama kali hati Lana tersakiti oleh cinta.
Keesokan harinya, Lana sudah tidak dapat menemukan dia lagi di pantai. Mungkin dia juga akan merindukan Lana sama seperti Lana merindukanya.